Rahasia Antara Batu Terbang, Masjid Al-Aqsha dan Kubah Emas di Yerussalem
Postingan ini merupakan tambahan informasi dan penjelasan dari artikel tentang gambar “Misteri Batu Terbang - Misteri Batu Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW”
di Palestina. Karena cerita yang menyertai gambar batu terbang tersebut
seringkali menyinggung tentang peristiwa Mi’raj Nabi Muhammad, maka
perlu juga dijelaskan tentang keberadaan batu yang disebutkan sebagai
tempat di mana Nabi memulai perjalanan ke langitnya. Selain itu, tidak
jarang terjadi kesalahpahaman, di mana orang mengira Masjid Kubah Emas
sama dengan Masjid Al Aqsha. Melalui tulisan di bawah, akan dijelaskan
perbedaannya.
Batu Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad dan Masjid Kubah Emas
Ada tradisi dan kepercayaan di kalangan kaum muslimin tentang batu yang menjadi titik tolak Nabi Muhammad melakukan Mi’raj ke langit. Batu ini berada di Yerusalem, Palestina. Batu ini benar-benar ada. Ia berada di wilayah yang sekarang disebut sebagai: Mount Temple atau Gunung Kuil oleh orang Yahudi. Disebut demikian karena mereka mempercayai bahwa Kuil Nabi Sulaiman pernah dibangun di wilayah tersebut. Bahkan sebagian mempercayai kuil tersebut dibangun di atas batu yang sama. Kaum muslimin menyebut wilayah tersebut sebagai Haram al Quds al Syarif atau Kawasan Suci dan Mulia.
Sejak lama batu tersebut telah memperoleh penghormatan dari kaum
muslimin. Bahkan konon ceritanya, Khalifah Umar bin Khathab juga
mengunjungi batu ini setelah ia menundukkan Yerusalem. Ketika Khalifah
Abdul Malik bin Marwan berkuasa, ia memerintahkan pembangunan Qubah ash
Shakhra (Kubah Batu) di tahun 685 M yang melindungi batu tersebut dan
para pengunjungnya dari terik dan dingin. Sebagian sejarawan juga
menyatakan bahwa pembangunan Kubah ini untuk menyaingi kemegahan
bangunan-bangunan keagamaan lain di wilayah Yerusalem, seperti Gereja
Holy Sepulchre, dan mencegah agar kaum muslimin tidak terpesona dengan
kemegahan agama lain. Uang sebanyak 10,000 dinar emas kemudian dilebur
untuk melapisi bagian luar kubah tersebut. Jadi, Masjid Kubah Emas atau
Qubah ash Shakhra inilah yang melingkupi batu tersebut hingga kini.
(Sumber: Wikipedia)
Sejak masa Umar itulah, wilayah Haram al Syarif ini menjadi wilayah kekuasaan kaum muslimin. Adanya bangunan berkubah emas yang berada di tempat tinggi dan berkilauan memberikan kebanggaan tersendiri bagi kaum muslimin. Hal ini pun makin menambah rasa kepemilikan dan penghormatan atas wilayah suci yang pernah menjadi kiblat pertama kaum muslimin ini. Tidak mengherankan jika kemudian Masjid Kubah Emas ini menjadi simbol dari wilayah suci Al Quds dan bahkan Palestina secara umum.
Mereka yang pernah mengunjungi atau melihat bagian dalam Masjid Kubah Emas ini tentu akan melihat keunikan sang batu. Keunikan inilah yang, menurut saya, kemudian memunculkan cerita dan legenda tentang batu yang ingin terbang mengikuti Nabi ke langit.
Batu Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad dan Masjid Kubah Emas
Ada tradisi dan kepercayaan di kalangan kaum muslimin tentang batu yang menjadi titik tolak Nabi Muhammad melakukan Mi’raj ke langit. Batu ini berada di Yerusalem, Palestina. Batu ini benar-benar ada. Ia berada di wilayah yang sekarang disebut sebagai: Mount Temple atau Gunung Kuil oleh orang Yahudi. Disebut demikian karena mereka mempercayai bahwa Kuil Nabi Sulaiman pernah dibangun di wilayah tersebut. Bahkan sebagian mempercayai kuil tersebut dibangun di atas batu yang sama. Kaum muslimin menyebut wilayah tersebut sebagai Haram al Quds al Syarif atau Kawasan Suci dan Mulia.
Sejak masa Umar itulah, wilayah Haram al Syarif ini menjadi wilayah kekuasaan kaum muslimin. Adanya bangunan berkubah emas yang berada di tempat tinggi dan berkilauan memberikan kebanggaan tersendiri bagi kaum muslimin. Hal ini pun makin menambah rasa kepemilikan dan penghormatan atas wilayah suci yang pernah menjadi kiblat pertama kaum muslimin ini. Tidak mengherankan jika kemudian Masjid Kubah Emas ini menjadi simbol dari wilayah suci Al Quds dan bahkan Palestina secara umum.
Mereka yang pernah mengunjungi atau melihat bagian dalam Masjid Kubah Emas ini tentu akan melihat keunikan sang batu. Keunikan inilah yang, menurut saya, kemudian memunculkan cerita dan legenda tentang batu yang ingin terbang mengikuti Nabi ke langit.
Gambar di atas adalah foto-foto dari bagian dalam Masjid Kubah Emas.
Yang kiri memperlihatkan sebuah gapura yang menjadi pintu masuk sebuah
ceruk atau gua yang berada di bawah batu. Bagian atas batu dapat
terlihat di belakan gapura tersebut. Di bawahnya terlihat ada orang yang
sedang sholat.
Gambar kanan menunjukkan suasana di dalam gua. Terlihat ada tangga yang menghubungkan bagian luar (gambar kiri) dan bagian dalam gua. Ada ruangan yang cukup lapang untuk belasan orang di sana. Dari foto terlihat bahwa atap gua cukup tinggi dan mulut gua lebar. Kita dapat bayangkan bila orang duduk di bawah sana dan melihat ke atas, ke arah mulut gua, maka batu yang menjadi atap gua tersebut seolah melayang di udara.
Inilah yang menurut saya menjadi sumber cerita batu terbang tersebut.
Perkataan Ibnul 'Arabi tentang 'Batu Terbang'
Gambar kanan menunjukkan suasana di dalam gua. Terlihat ada tangga yang menghubungkan bagian luar (gambar kiri) dan bagian dalam gua. Ada ruangan yang cukup lapang untuk belasan orang di sana. Dari foto terlihat bahwa atap gua cukup tinggi dan mulut gua lebar. Kita dapat bayangkan bila orang duduk di bawah sana dan melihat ke atas, ke arah mulut gua, maka batu yang menjadi atap gua tersebut seolah melayang di udara.
Inilah yang menurut saya menjadi sumber cerita batu terbang tersebut.
Perkataan Ibnul 'Arabi tentang 'Batu Terbang'
Ini adalah tambahan informasi tentang sebuah kisah yang saya ambil dari http://qhazanah.wordpress.com/2009/07/21/benarkah-batu-terapung-dalam-peristiwa-isra-mikraj-di-palestin/.
Dalam kitab al-Israk wal-Mikraj oleh Khalid Saiyyid Ali di halaman 82, atas tajuk yang bermaksud 'Tempat Nabi bermikraj', disebut di bawahnya suatu penulisan (yang bermaksud): "Berkatalah al-Imam Abu Bakar Ibnul ‘Arabi, ketika membuat penjelasan (syarah) Kitab al-Muwattak oleh Imam Malik disebutkan, batu besar di Baitulmaqdis adalah suatu keajaiban Allah SWT. "Batu itu berdiri sendiri di tengah-tengah Masjidil Aqsa, tergantung-gantung dan terpisah daripada semua bahagiannya dengan bumi. Tidak ada yang memegangnya, melainkan Yang Memegang langit, daripada jatuh menimpa bumi." "Di puncaknya dari arah selatan, itulah tempat kaki Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam berpijak untuk menaiki Buraq, di sebelah itu agak condong. Dikatakan kerana kegerunannya atas kehebatan baginda Sallallahu ‘Alaihi Wasallam maka batu itu tergantung, saya sendiri takut untuk berada di bawahnya, kerana takut batu itu menghempap saya kerana dosa-dosa saya." "Setelah beberapa ketika kemudian, saya pun memberanikan diri dan masuk berteduh di bawahnya, maka saya dapat melihat pelbagai keajaiban. Saya dapat menyaksikan ia dari semua arah. Saya benar-benar melihatnya terpisah dari bumi. Ada arah yang lebih jauh terpisah dari bumi daripada arah yang lain."
Ditambahkan oleh sang penulis blog, bahwa ia pernah mengunjungi Kubah Batu tersebut dan mendapati bahwa sekarang tidak terlihat bahwa batu tersebut melayang. Persis seperti gambar-gambar gua di atas.
Masjid Kubah Emas dan Masjid Al Aqsha
Gambar di atas adalah foto udara wilayah Haram Al Syarif yang dibatasi
oleh tembok tinggi dengan latar belakang wilayah Kota Tua Yerusalem.
Masjid Kubah Emas terlihat mencolok di tengah wilayah tersebut. Ada satu
lagi bangunan berkubah yang berada pada sisi kanan bawah. Itulah
bangunan Masjid Al Aqsha.
Sebagai sebuah masjid, Khalifah Umarlah yang pertama kali membangunnya dalam bentuk bangunan kecil. Khalifah Al Malik yang juga membangun Kubah Emas kemudian memugar dan memperluasnya. Setelah beberapa kali pembanguan kembali dan pemugaran karena hancur oleh gempa, bangunan yang sekarang ada merupakan peninggalan Masjid dari masa kekhalifahan Fatimiyah sekitar awal abad ke 10.
Sebagai sebuah masjid, Khalifah Umarlah yang pertama kali membangunnya dalam bentuk bangunan kecil. Khalifah Al Malik yang juga membangun Kubah Emas kemudian memugar dan memperluasnya. Setelah beberapa kali pembanguan kembali dan pemugaran karena hancur oleh gempa, bangunan yang sekarang ada merupakan peninggalan Masjid dari masa kekhalifahan Fatimiyah sekitar awal abad ke 10.
Hari ini, wilayah Kota Tua Yerusalem telah berada di bawah kekuasaan Israel. Namun, wilayah Haram Al Syarif dengan Kubah Emas dan Masjid Al Aqsha-nya tetap berada dalam pengelolaan Kementrian Waqaf Yordania. Secara umum, hanya orang islam saja yang diperkenankan memasuki wilayah ini. Pada tahun 2007, sempat terjadi protes besar-besaran di dunia islam karena pemerintah Israel melakukan penggalian di bagian luar tembok yang berbatasan langsung dengan Masjidil Aqsha.
0 komentar:
Posting Komentar
Blog Ini Membutuhkan Saran-saran Anda Sebagai Masukan